Propaganda Peak Oil; Ternyata Minyak Bumi Bukan Berasal Dari Fosil
by hati-itb on March 15th, 2012 at 20:53
Posted In: Berita
KEBIJAKAN pemerintah soal bahan bakar minyak (BBM) selalu saja ditunggu
dengan harap-harap cemas, begitupun penetapan kuota produksi
negara-negara penghasil minyak (OPEC), yang berdampak pada fluktuasi
harga BBM di pasar internasional selalu diamati dengan penuh
kekhawatiran.
Pesimistis dalam dunia perminyakan secara tidak
sadar memang telah dibangun dari awalnya. Kita semua percaya bahwa
minyak bumi adalah bahan bakar fosil, hampir setiap hari “fakta” ini
disebut dalam berbagai media massa. Lalu siapa sebenarnya yang pertama
mengajukan teori (tepatnya hipotesis) yang kadung dipercaya semua orang
ini? Adalah Mikhailo V. Lomonosov, seorang cendekiawan besar Rusia, yang
pada 1757 mengajukan sebuah hipotesis bahwa minyak bumi berasal dari
sisa-sisa makhluk hidup.
Berdasarkan hipotesis ini, berarti
minyak mentah akan terbentuk sangat lambat, karena berasal dari
sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang telah mati, melewati jutaan tahun
terkubur di bawah batuan, mengalami tekanan dan suhu yang luar biasa,
lalu mengubahnya menjadi minyak mentah.
Industri minyak bumi
modern lahir 145 tahun yang lalu di Titusville, Pennsylvania, Amerika
Serikat (AS) ketika Edwin Drake sukses melakukan pemboran pertama minyak
bumi di AS. Kala itu hampir tidak ada yang mengkhawatirkan berapa lama
lagi perut bumi menyediakan minyaknya untuk dambil? Tetapi sejak
produksi minyak di AS memuncak sekitar 1970, sejumlah ahli geologi, ahli
ekonomi dan analis industri mulai mempertimbangkan sebuah pertanyaan,
berapa lama lagi pasokan minyak bumi dunia bisa memenuhi permintaan yang
terus meningkat? Banyak kalangan memprediksi, produksi minyak global
akan mencapai puncaknya beberapa tahun ke depan.
Konsekuensi
dari hipotesis “bahan bakar fosil” tentunya menyisakan
pertanyaan-pertanyaan pesimis seperti itu. Berapa banyak minyak mentah
yang masih tersisa di dalam perut bumi? Dan kapan habisnya?
Menurut National Geographic, jumlah minyak mentah yang tersisa di bumi
diprediksi sekitar 1,2 triliun barrel. Walaupun ladang minyak baru
banyak ditemukan, tetapi pasokan saat ini tidak sebanding dengan
penemuan-penemuan ladang tersebut. Berdasarkan gambaran konsumsi saat
ini, berarti perkiraan 1,2 triliun barrel minyak bumi akan habis dalam
tempo 44 tahun.
Benarkah masa kejayaan energi tak terbarukan
ini akan segera berakhir? Akankah tak kan tersisa lagi tetesan minyak di
jebakan kerak bumi? Ataukah ini hanya isu-isu yang sengaja dihembuskan
untuk melambungkan harga “emas hitam” ini?
Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut kita mesti meninjau ulang hipotesis
biogenik Lomonosov yang dibuat hampir 250 tahun yang lalu itu. Beberapa
ilmuwan mulai mempertanyakan pandangan tradisional ini. Pada abad ke-19
hipotesis ini untuk pertama kalinya ditolak seorang naturalis dan
geolog Jerman kenamaan, Alexander von Humboldt, dan ahli kimia
termodinamik Prancis, Louis Joseph Gay-Lussac, kemudian mereka
mengajukan dalil alternatif yang menyatakan bahwa minyak bumi adalah
materi primordial (purba) yang memancar dari tempat yang sangat dalam,
dan tak ada hubungannya dengan materi biologis dari permukaan bumi.
Dengan berkembangnya ilmu kimia selama abad kesembilan belas, terutama
ketika hukum kedua termodinamika ditemukan oleh Clausius pada 1850,
hipotesis Lomonosov terus diserang, tak kurang dari pakar kimia Prancis
Marcellin Berthelot mencemooh hipotesis asal biologis dari minyak bumi
ini. Berthelot adalah orang pertama yang melakukan percobaan yang
melibatkan serangkaian apa yang sekarang disebut sebagai reaksi Kolbe
dan menunjukkan bahwa minyak bumi bisa dihasilkan dengan melarutkan baja
dengan asam kuat tanpa melibatkan molekul atau proses biologis.
Selama kuartal terakhir abad kesembilan belas, ahli kimia Rusia Dmitri
Mendeleev juga menguji dan menolak hipotesis Lomonosov ini. Mendeleev
menyatakan dengan jelas bahwa minyak bumi merupakan bahan primordial
yang keluar dari kedalaman yang jauh. Dengan persepsi yang luar biasa,
Mendeleev membuat hipotesis tentang adanya struktur geologi yang ia
sebut “patahan dalam” (deep fault) tempat minyak bumi melaluinya dari
kedalaman.
Pada 1951, dalam sebuah kongres geologi minyak bumi,
seorang geolog asal Rusia Nikolai A. Kudryavtsev mengajukan teori
asal-usul minyak bumi abiotik atau abiogenik, setelah menganalisis
hipotesis Lomonosov yang terbukti salah. Inilah untuk pertama kalinya
teori abiotik modern dicanangkan untuk mengganti teori konvensional.
Kudryavtsev tidaklah sendiri, dia mendapat banyak dukungan termasuk
dari para ilmuwan barat, seperti Thomas Gold dan Dr JF Kenney. Bahkan
Kenney bersama ilmuwan Rusia lainnya benar-benar mampu membangun reaktor
dan membuktikan minyak bumi bisa dihasilkan dari kalsium karbonat dan
oksida besi, dua senyawa yang melimpah di kerak bumi.
Baru-baru
ini, para peneliti dari Royal Institute of Technology di Stockholm,
Swedia telah berhasil membuktikan bahwa fosil-fosil dari hewan dan
tumbuhan tidak lagi diperlukan untuk menghasilkan minyak mentah. Temuan
ini begitu revolusioner karena sangatlah berarti, di satu sisi akan
memudahkan menemukan sumber-sumber energi, di sisi lain sumber energi
ini dapat ditemukan di seluruh dunia.
“Dengan menggunakan
penelitian ini, bahkan kami dapat mengatakan di mana minyak bumi dapat
ditemukan di Swedia,” kata Vladimir Kutcherov, profesor yang memimpin
riset ini.
Bersama dengan koleganya, Vladimir Kutcherov telah
melakukan simulasi suatu proses yang melibatkan tekanan dan panas yang
terjadi secara alami di lapisan dalam bumi, proses yang menghasilkan
hidrokarbon, komponen utama dalam minyak dan gas alam.
Menurut
Kutcherov, penemuan ini mengindikasikan dengan jelas bahwa pasokan
minyak bumi tidak akan habis. “Tidak ada keraguan bahwa penelitian kami
membuktikan bahwa minyak mentah dan gas alam yang dihasilkan, tanpa
melibatkan fosil. Semua jenis batuan dasar dapat berfungsi sebagai
reservoir minyak,” kata Vladimir Kutcherov kepada Science Daily,
baru-baru ini.
Kutcherov pun mampu membuktikan bahwa
hidrokarbon dapat dibuat dari air, kalsium karbonat dan zat besi. Ini
berarti minyak bumi merupakan sumber energi berkelanjutan dan
terbarukan.
Proses abiotik untuk menghasilkan minyak bumi
dimungkinkan lewat proses yang disebutFischer-Tropsch, reaksi kimia yang
mengubah campuran karbonmonoksida dan hidrogen menjadi hidrokarbon
cair. Proses ini dikembangkan dan dipatenkan pada tahun 1920, kemudian
digunakan selama Perang Dunia II oleh Jerman dan Jepang. Proses ini pun
menjadi dasar penciptaan bahan bakar jet yang dibuat dari air di AS,
seperti dilaporkan majalah Wired (9/9/09).
Misteri Pulau Eugene 330 dan cadangan Minyak Yang Terisi Kembali
Pulau Eugene merupakan ladang minyak di Teluk Meksiko, sekitar 80 mil
lepas pantai Louisiana, AS. Lansekap kepulauan ini terbelah dengan celah
dan rekahan dalam yang spontan memuntahkan gas dan minyak. Ladang
minyak ini ditemukan pada 1973 dan mulai memproduksi sekitar 15.000
barel per hari. Pada 1989, aliran minyaknya berkurang menjadi 4.000
barel per hari. Tetapi tanpa alasan logis apapun, secara tiba-tiba
produksinya meningkat menjadi 13.000 barel. Selain itu, taksiran
cadangan meroket 60-400 juta barel.
Apa yang terjadi di bawah Teluk Meksiko?
Apa yang ditemukan para peneliti ketika menganalisis ladang minyak ini
dengan pencitraan seismik 3-D? Ternyata ada patahan dalam yang tidak
bisa dijelaskan, dan minyak telah memancar dari suatu kedalaman yang
tidak diketahui sebelumnya, dan bermigrasi ke atas melalui batuan untuk
mengisi pasokan yang ada.
Para peneliti menemukan ketika mereka
menganalisis ladang minyak dengan selang waktu pencitraan 3-D seismik
bahwa minyak memancar dalam dari sumber yang lebih dalam yang sebelumnya
tidak diketahui dan bermigrasi naik melalui celah bebatuan untuk
mengisi pasokan yang ada.Selanjutnya, analisis minyak yang sekarang
sedang diproduksi di Pulau Eugene menunjukkan perbedaan usia geologis
dari minyak yang diproduksi di sana sebelum tahun 1989. Dugaan kuat,
minyak mentah yang baru, muncul dari sumber yang berbeda, sumber yang
tidak bisa dijelaskan.
Perkiraan terakhir dari cadangan minyak
kemungkinan naik dari 60 juta barel menjadi 400 juta barel. Baik ilmuwan
dan ahli geologi dari perusahaan-perusahaan minyak besar telah melihat
bukti dan mengakui bahwa ladang minyak Pulau Eugene mengalami pengisian
ulang sendiri.
Sumber minyak dari suatu kedalaman di Pulau
Eugene sangat mendukung teori Thomas Gold yang ditulis dalam bukunya The
Deep Hot Biosphere. Gold menetapkan, “minyak bumi sebenarnya adalah
aliran primordial terbarukan yang terus-menerus diproduksi oleh bumi
dalam kondisi panas dan tekanan yang luar biasa. Ketika zat ini
bermigrasi ke permukaan, ia diserbu oleh bakteri, sehingga minyak bumi
tampak seperti memiliki asal usul organik dari zaman dinosaurus. “
Sumber minyak di Pulau Eugene serta gagasan Gold membuat insinyur
perminyakan bertanya-tanya tentang situasi yang sama di ladang minyak
Timur Tengah yang tak ada habisnya.
“Timur Tengah memiliki
lebih dari dua kali lipat cadangan minyak dalam 20 tahun terakhir,
meskipun setengah abad dieksploitasi dan penemuan baru relatif sedikit,”
ujar Norman Hyne, seorang profesor di Universitas Tulsa, Oklahoma, AS.
“Teori yang tak konvensional (teori abiogenik ) tentunya akan berubah
menjadi benar,” katanya.
Keberadaan ladang minyak yang bisa
memperbaharui pasokan sendiri menghancurkan mitos teori asal usul
minyak.dan Jika minyak memang benar-benar berasal darizat anorganik
alami maka bagaimana bisa dikatakan minyak adalah energi tak terbarukan ?
Beberapa Contoh Bukti Kasus Konspirasi Kebohongan tentang Kelangkaan Sumber Minyak
Inti dari masalah ini adalah bahwa jika minyak banyak di daerah-daerah
di mana kita diberitahu oleh pemerintah dan perusahaan minyak yang tidak
memiliki bukti yang jelas bahwa kelangkaan buatan disimulasikan dalam
rangka untuk mendorong maju segudang agenda lainnya. Dan kami memiliki
contoh nyata dimana hal ini telah terjadi.
Seperti pada
perusahaan pengeboran minyak raksasa Chevron dan Texaco, mereka mendapat
memo untuk sengaja menciptakan kelangkaan minyak dengan membatasi
kapsitas produksi dengan menutup kilang minyak tertentu dengan alasan
minyak telah habis di sumber tersebut. Ini adalah upaya lobi nasional
yang dipimpin oleh American Petroleum Institute untuk mendorong
perusahaan-perusahaan kilang minyak untuk melakukan hal ini.
”
Sebuah memo internal yang Chevron menyatakan; “Seorang analis energi
senior di konvensi API baru-baru ini memperingatkan bahwa meskipun
industri minyak AS tidak mengurangi kapasitas penyulingan hal ini tidak
akan menimbulkan peningkatan substansial dalam margin kilang.”
Memo ini semakin memperjelas bahwa gagasan untuk pengurangan dalam
kapasitas penyulingan dan pembatasan dalam membuka kilang baru tidak
datang dari organisasi lingkungan, seperti yang dikatan oleh para
produsen minyak , tetapi melalui kebijakan yang disengaja dari mereka
sendiri.
Program Illuminati Dibalik Kebohongan Keterbatasan Alam Dalam Produksi Minyak Bumi
Teori Peak Oil adalah kebohongan masif yang dirancang untuk menciptakan
kelangkaan buatan demi mendongkrak harga, juga memberikan negara sebuah
alasan untuk mengorbankan standar hidup yang telah kita perjuangkan
dengan susah payah. Publisitas menciptakan CFR dan Club of Rome strategy
manual sejak 30 tahun lalu mengatakan bahwa pemerintah global perlu
mengontrol populasi dunia melalui neo-feodalisme dengan menciptakan
kelangkaan buatan.
Sekarang arsitek sosial de-industrialisasi Amerika Serikat menyalahkan disintegrasi ekonomi kita pada kurangnya pasokan energi.
Sekarang ekonomi dunia telah menjadi begitu terpusat melalui operasi
globalisasi, mereka akan terus mengkonsolidasikan dan menyalahkan
pemakaian berlebihan atas bahan bakar yang bersumber dari fosil,
sementara pada saat yang sama mereka juga menghalangi pengembangan dan
integrasi teknologi bersih yang terbarukan.
Dengan kata lain,
Sumber minyak bumi yang dinyatakan dari fosil mahluk hidup adalah
kebohongan besar untuk menciptakan kelangkaan buatan dan mengendalikan
harga . Sementara itu, teknologi bahan bakar alternatif yang telah ada
selama beberapa dekade juga sengaja ditekan pengembangannya. Peak Oil
adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh elit, oleh industri minyak,
oleh orang-orang bahwa Anda akan berpikir puncak minyak akan
membahayakan, kecuali itu adalah penutup untuk agenda lain.
Produksi Minyak Dunia Menurut Sekenario Peak Oil Theory
Dan begitulah realitanya dunia ini yang penuh dengan kepalsuan. Teori
bahwa minyak bumi berasal dari sisa fosil biologis zaman dahulu
memanglah sebuah kebohongan besar dari para elit zionis-Illuminati (yang
memang sejak awal menguasai bisnis minyak, media, dan institusi
pendidikan). Illuminati ingin menggunakan propaganda Peak Oil untuk
menaikkan harga minyak dan mengeksekusi rencana depopulasi dunia mereka.
Saat harga minyak naik melewati kemampuan beli sejumlah besar negara,
hanya negara-negara yang diizinkan hidup oleh Illuminati yang akan
mendapatkan minyak. Beberapa milyar penduduk bumi akan dimusnahkan
(depopulasi) secara kejam dalam kekacauan dan kepanikan akibat matinya
industri dan perdagangan di dalam negeri mereka.
Mungkin bagi
sangkaan orang awam, keuntungan penjualan minyak akan dinikmati oleh
negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat
Arab, Libya dan Indonesia. Namun kenyataannya meskipun ladang produksi
minyaknya ada di Arab Saudi dll, namun sebagian besar perusahaan
penambang dan pengolah minyaknya dimiliki oleh perusahaan asing,
Rockefeller beserta kolega-koleganya. Di Indonesia sendiri, 90%
perusahaan minyak yang ada dimiliki oleh perusahaan asing. Maka jangan
heran sebagai salah satu negara penghasil minyak, tidak ada sedikitpun
jejak keuntungan besar yang diraup oleh negara ini. Sedikitpun dana yang
ada belum terkorupsi, dana ini, dana itu yang tidak jelas kemana
larinya. Yang jelas nikmatin ya mafia2 minyak itu, rakyat kecil kayak
kita mah dianggap ngga perlu, yang penting beli BBM terus, dan sekarang
dicabut subsidinya pula.
Saat ini, akibat propaganda Peak Oil,
semua negara ramai-ramai mengembangkan minyak nabati yang disebut
biofuel. Mereka menggunakan bahan pangan seperti jagung dan gula untuk
membuat minyak baru. sekalipun mereka tahu energi yang diperlukan untuk
memproduksi satu unit minyak biofuel lebih besar daripada energi yang
kemudian bisa didapat dari satu unit minyak biofuel, rencana ini tetap
jalan terus.
Selain itu, efek dari tindakan ini adalah
mengurangi lahan pertanian untuk bahan pangan. Tanah pertanian yang
sebenarnya untuk memproduksi bahan pangan sekarang sebagian dikonversi
sebagai lahan pertanian yang produknya dipakai untuk membuat bahan baku
biofuel. Salah satu penyebab kenaikan harga komoditi pertanian beberapa
tahun terakhir ini adalah karena hal ini, dan kabar buruk bagi para
kelas menengah dan orang miskin adalah intensitas program ini sekarang
masih di tahap awal. Di tahun-tahun mendatang, akan ada semakin banyak
lahan pertanian untuk memproduksi biofuel dan oleh sebab itu akan
membuat pasokan bahan pangan menjadi semakin ketat, alias harga bahan
pangan akan terus meningkat. …
food inflation menjadi perhatian
para pengamat ekonomi, saya melihat dr perspektif lingkungan juga dan
ternyata ada benang merahnya di teknik2 produksi GMO. Memperkecil lahan
pertanian = menggantungkan hidup petani pada teknologi pertanian yg
dikuasai asing, menjadikan lahan2 petani sbg industri trmsuk biofuel,
kemudian kanibalisasi lahan dng menjadikan lahan pangan yg bergantung pd
air tawar ke air asin. Saat ini ada ujicoba para insinyur monsanto
membuat sawah di tepi pantai dng keramba spt rumput laut. its insane!
Masa Depan Minyak Bumi
Hari ini kita dianjurkan habis-habisan oleh pemerintah untuk menghemat
energi BBM, demi menyisakan energi dari minyak untuk anak cucu kita.Jika
memang minyak benar-benar akan habis dalam beberapa puluh tahun lagi,
mengapa sekarang cadangan minyak terus meningkat dan produksinya kian
meroket ?
Tahu 1980-an OPEC memutuskan kuota produksi minyak
didasarkan pada jumlah cadangan yang ada di negara masing-masing,
semakin besar cadangannya maka semakin besar pula produksinya
.BElakangan ini Arab Saudi melaporkan peningkatan cadangan minyak
mentahnya sekitar 200 miliar barel. stok Minyak Saudi aman dan berlimpah
, kata para pejabatnya.
Ada juga laporan bahwa Rusia telah
mengalami peningkatan yang jauh lebih besar pada cadangan minyaknya
bahkan melampaui Arab Saudi. Mengapa Rusia mengumumkan hal ini jika
Rusia percaya bahwa cadangan minyak adalah terbatas?tampak jelas bahwa
Rusia telah siap dengan produksi minyak tak terbats di masa depan
Yang jelas ada kontradiksi besar antara teori keterbatasan minyak dengan fakta peningkatan cadangan minyak
Tampaknya bahwa setiap kali ada semacam krisis energi, OPEC selalu
meningkatkan produksi . Alasannya mereka melakukannya untuk menurunkan
harga, namun harga selalu naik karena mereka juga menyebarluaskan mitos
bahwa mereka menguras beberapa cadangan terakhir untuk pasar.
Bukti ilmiah juga sangat bertentangan dengan keterbatasan suplai minyak,
baru-baru ini diperbarui dalam paper Ilmiah yang dimuat Dalam ‘Energia’
menunjukkan bahwa minyak adalah zat abiotik,dan bukanlah produk yang
berasal dari materi biologis yang mengalami pembusukan berjuta-juta
tahun lalu. Minyak, bukan sumber daya non-terbarukan. seperti batubara,
dan gas alam, yang bisa terisi kembali dari sumber dalam perut bumi.
Rusia berhasil membuktikan kalau minyak bumi ternyata bukan dari fosil
dan dapat diperbaharui karena berasal dari lapisan magma lebih di
kedalaman lebih dari 30,000 kaki dan tidak ditemukan lapisan organik.
Tidak kebetulan kemudian bahwa Rusia, yang memelopori penelitian ini
kemudian melakukan serangkaian proyek penggalian minyak bumi dengan
kedalaman yang lebih jauh lagi 30.000 meter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar